“….. 6
tahun yang lalu, tepatnya 16 februari 2009, aku resmi berpacaran dengan orang
yang selama ini ku kagumi, hatiku begitu bahagia dan tak bisa diungkapkan
dengan kata-kata…” “Kriiing…kriingg” nada dering handphone Ita membuyarkan
konsentrasinya untuk melanjutkan cerpen yang dia tulis. “Halo sis, ada apa
malam-malam gini nelpon? Tumben lu” tanya Ita kepada temannya yaitu siska, “eh,
mbak Ita yang cantik besok kita pergi yuk, aku mau beli kado nih” ajak siska,
dan Ita pun menjawab “Okeee, tuan putri, hahaha”

Sore itu,
begitu banyak pekerjaan yang telah Ita selesaikan - tepat waktu jam kantor
pulang, Sejenak Ita melihat keadaan diluar, walaupun langit mendung dan angin
sedikit kencang, namun Ita segera bergegas pulang ke kontrakannya karena ingin
segera istirahat. Di perjalanan Ita melihat seorang kakek yang sedang mengusap
peluh didahinya sambil mengayuh sepeda memboncengkan seorang nenek, Ita pun
takjub melihat kemesraan mereka. Ita jadi teringat, ketika ia diboncengkan naik
sepeda oleh mantan kekasihnya, ditengah perjalanan Ita turun sebentar membeli
kue dan siap bonceng lagi, tapi mantan kekasihnya tidak tahu kalau Ita belum
naik, tapi mantan kekasihnya
sudah mengayuh dulu. Tiba tiba terdengar suara “Breeeekkk…..blaaaakkk” Ita tersadar dari lamunannya dan Ita merasa sakit di tangan kirinya juga bagian belakang kepalanya, ternyata Ita menabrak becak. Ita pun dengan berbagai cara mencari solusi untuk segera berdamai dengan pemilik becak tersebut.
sudah mengayuh dulu. Tiba tiba terdengar suara “Breeeekkk…..blaaaakkk” Ita tersadar dari lamunannya dan Ita merasa sakit di tangan kirinya juga bagian belakang kepalanya, ternyata Ita menabrak becak. Ita pun dengan berbagai cara mencari solusi untuk segera berdamai dengan pemilik becak tersebut.
Akhirnya
Ita sampai juga dikontrakannya, ita segera mencari obat untuk mengobati
lukanya, Ita menenangkan diri sejenak sambil melihat foto mantan kekasihnya,
Ita berkata “luka ini tidak seperih luka dihatiku, yang masih mencintaimu” air
mata tak kuasa dibendung, hingga tertumpah dari matanya yang indah. “Loh..
mas.. ini kamu? Ini beneran kamu? Apa aku mimpi ketemu kamu? Mas aku sayang
kamu, jawab mas… aku masih mencintaimu, aku ingin kembali padamu, sudah setahun
kita berpisah, tapi aku tak bisa melupakanmu, bahkan aku tak bisa membencimu
agar aku tak mencintaimu lagi, mas jawab mas… jangan diam saja!” Ita lalu terbangun
dari tidurnya, ternyata ia sangat kelelahan lalu tertidur di kursi dan bermimpi
ketemu mantan kekasihnya, ia melihat pintu depan masih sedikit terbuka, ia
kaget dan sedikit takut, dengan segera ia menutupnya. Ia melihat jam di dinding
menunjukkan jam 2 pagi. Ita merasa sakit hatinya, teringat kembali mantan
kekasihnya. “kenapa sejak dulu sampai sekarang aku selalu ingat kamu, hal apapun
yang berhubungan dengan kisah kita – pasti aku teringat kamu, aku benar – benar
menyayangimu” gumam Ita. Dengan perih luka dihatinya, ia mencoba tidur kembali.
Bersambung: Menembus Batas (cerpen) The Second Part
Bersambung: Menembus Batas (cerpen) The Second Part